Thursday, February 28, 2013

Tokyo Disney Resort 2: Tokyo Disney Sea


Sambungan dari Tokyo Disney Resort 1: Tokyo Disney Land

Senin, 25 Februari 2013, kami bangun pada pukul 7:30 pagi, dan segera bersiap-siap untuk check out dari hotel. Setelah check out dari hotel kami pun berangkat menuju ke Tokyo Disney Sea.
Pukul 09:00 tepat kami pun tiba di Disney Sea yang letaknya bersebelahan dengan Tokyo Disney Land. Seperti biasa, antrian sangat panjang berada pada pintu masuk Tokyo Disney Sea. Bahkan lebih panjang daripada antrian Tokyo Disneyland. Kebanyakan yang masuk Disney Sea anak-anak pelajar yang mengenakan seragam SMP&SMA. Katanya sih, kalau masuk Disney Sea atau Disney Land dengan memakai seragam sekolah mendapat potongan harga khusus pelajar. Memang pelajar lebih banyak saya jumpai di Disney Sea daripada Disney Land, karena permainan dan wahana di Disney Sea lebih cenderung ke remaja dan dewasa, sedangkan untuk Tokyo Disneyland cenderung ke anak kecil.

Sebelum masuk Disney Sea, sambil melihat peta brosur kami pun berbagi tugas. Tugas saya mengantri di wahana Toy Story Mania 3D, suami adik ipar saya bertugas untuk mengambil tiket Free Pass Tower Of Teror, sedangkan istri dan adik ipar saya bertugas untuk membeli camilan dan oleh-oleh. Setelah mengetahui letak lokasi yang dituju pada peta, kamipun memasuki pintu masuk Disney Sea, saya dan suami adik ipar saya pun berlari sekencang-kencangnya layaknya atlit lari menuju ke lokasi yang dituju. Karena banyak sekali orang, cukup membingungkan juga untuk mengetahui lokasi yang saya tuju, saya pun bertanya kepada petugas yang ada.
Antrian pintu masuk Tokyo Disney Sea
"Toy Story Mania?" tanya saya.

Petugas pun langsung menunjuk antrian dan bilang, "Antri disini, kira-kira 90 menit".

Hah, 90 menit?? Ya apa boleh buat saya ngantri saja, tapi saya bersyukur ternyata saya tidak salah lokasi dan nyasar. Tapi karena belum makan pagi dan berlarian sekuat tenaga, membuat saya agak batuk.

Karena tugas masing-masing kami berpencar, ketika adik ipar saya sudah mendapatkan tiket Free Pass Tower of Teror, dia pun segera mencari dan menelepon saya. Karena banyak sekali orang, cukup sulit untuk menemukan saya, tapi cukup acungkan saja tangan ke atas, dan dia berhasil melihat tangan dan menemukan saya. Kamipun berdua mengantri bersama, dan selang beberapa lama kemudian istri dan adik ipar saya pun datang dan menemukan kami berdua.
Antrian masuk Toy Story Mania 3D
Dinding wahana Toy Story Mania 3D
Wahana Toy Story 3D terbilang wahana baru di Disney Sea, baru tanggal 9 Juli 2012 Grand Openingnya. Wahana ini cukup menarik, yaitu menaiki sebuah kendaraan yang ada senapannya dan berlomba mendapatkan skor terbanyak dengan orang yang duduk di sebelah kita. Karena duduknya hanya boleh berdua, saya naik dengan suami adik ipar saya, istri saya dengan Ria chan, adik ipar saya sambil menggendong Airu bermain tembak-tembakan. Alhasil skor terakhir suami adik ipar saya lebih tinggi dari saya, tetapi dalam tingkat keakurasian menembak skor saya yang lebih tinggi.

Keluar dari wahana Toy Story kami membeli jajan yang sangat unik dengan karakter Toy Story. Saya tidak tahu nama karakternyanya, tapi rasanya kenyal-kenyal manis seperti jajan "kelepon" yang ada di Indonesia. Kami beli 2 rasa, yaitu rasa Strawberry dan Coklat.
Jajan karakter Toy Story
Sambil makan jajan, Ria chan bertemu karakter disney, meminta tanda tangan dan foto bareng bersama karakter kesukaannya. Cukup bahagia sekali dia bertemu dengan karakter Disney kesukaannya. Memakan waktu cukup lama memang, tapi karena anak kecil usia 3 tahun dan memakai pin tanda ulang tahun, cukup cepat juga dia mendapatkan tanda tangan dan foto bersama dengan karakter kesukaannya bila dibandingkan dengan orang yang lainnya.
Oh ya, karakter yang paling terkenal di Disney Sea itu adalah Duffy sang beruang Disney. Tidak dikenal di Indonesia memang, saya saja baru tahu ada karakter Duffy dari istri saya. Katanya sih memang tidak ada filmnya, tetapi ada cerita dari Disneynya. Untuk lebih lengkapnya informasi tentang Duffy bisa dilihat di sini.
Meminta tanda tangan paman Gober

Karena Duffy adalah karakter yang paling terkenal di Disney Sea, untuk foto bersamapun harus mengantri lumayan lama.
Setelah foto bareng Duffy, saatnya menggunakan Free Pass Tower of Teror. Karena tiket Free Pass, tidak perlu mengantri, langsung terus masuk saja menuju ke wahana. Enaknyaaaaaaa....

Awalnya saya tidak tahu wahana seperti apa dan bagaimana. Karena semua jadwal yang mengatur adalah istri saya dan adik ipar saya. Karena yang pergi hanya saya dan adik ipar saya, saya kira seperti wahana Jet Coaster. Tapi ternyata bukan seperti Jet Coaster, melainkan wahana naik lift dan dijatuhkan kebawah dan naik keatas dengan kecepatan yang sangat tinggi, ditambah lagi suasana dan cerita hantu yang menakutkan bagai masuk Rumah Hantu. Jujur, saya orang yang takut dengan cerita seram dan ketinggian. Tapi kalau naik Jet Coaster, karena tidak jatuh secara langsung, melainkan naik kereta dengan kecepatan tinggi, bagi saya itu tidak menakutkan melainkan menyenangkan. Tapi House of Teror ini sama sekali tidak menyenangkan bagi saya, sedangkan bagi adik ipar saya kelihatannya sangat menyenangkan. Bisa dilihat di foto bahwa adik ipar saya tertawa, sedangkan saya teriak ketakutan. Di saat terakhir, jendela terbuka dan pemandangan Tokyo Disney Sea dari atas gedung Tower of Teror kelihatan sangat indah memang, tapi karena saya ketakutan saya tidak bisa menikmati sama sekali pemandangan indah tersebut.

Tiket Free Pass Tower of Teror 
Gedung Tower of Teror
Suasana di dalam Tower of Teror
Foto saya berteriak ketakutan dan adik ipar saya yang kelihatan senang sekali
Setelah naik wahana Tower of Teror, kami makan siang. Karena banyak sekali anak SMA dengan seragam sekolahnya yang ber-rok yang pendek, saya cuci mata, yang bagi saya cukup menyenangkan sebagai obat dari wahana Tower of Teror. Hahaha.. Maklum di Indonesia sangat jarang sekali ada pemandangan seperti ini.
Di Disney Sea saya hanya naik 2 wahana saja, sedangkan untuk parade karena diadakan di danau, sangat sulit untuk mengambil foto yang jaraknya cukup jauh. Jadi saya hanya jalan-jalan sambil mengambil foto, sedangkan Ria chan bermain dan naik wahana khusus untuk anak-anak.
Parade Disney Sea yang diadakan di atas air
Suasana bawah laut tempat wahana untuk cenderung ke anak-anak
Siswa SMA Jepang yang berkunjung ke Disney Sea
Tempat bersuasana timur tengah Aladdin
Gedung ala Amerika di Disney Sea
Tidak terasa haripun sudah menjelang sore, kamipun berbelanja oleh-oleh kenangan di Disney Resort baik untuk diri sendiri maupun bagi teman dan saudara kami. Dan pada pukul 18:45 kami pun keluar dari Disney Sea menuju tempat parkir dan tepat pada jam 19:13 dari Tokyo kami pulang ke Gifu. Karena cukup lelah, kami cukup sering berhenti untuk beristirahat di pemberhentian yang ada di jalan tol dan makan malam di sana.
Tepat pukul 3:00 pagi hari di tanggal 26 Februari 2013, kami pun tiba di rumah kami di Gifu dan segera tidur tanpa masuk ofuro karena kelelahan.

Sampai jumpa lagi Mickey


NB: Untuk foto-foto Tokyo Disney Sea lebih lengkapnya bisa dikunjungi di foto album FB saya.

Wednesday, February 27, 2013

Tokyo Disney Resort 1: Tokyo Disneyland

Dalam rangka ulang tahun keponakan saya Ria chan yang pada tanggal 14 Februari 2013 genap berusia 3 tahun dan Airu kun yang pada tanggal 24 Februari 2013 genap berusia 1 tahun, saya sekeluarga (2 orang) dan adik ipar sekeluarga (2 orang dewasa 2 anak kecil) pada tanggal 24-25 Februari 2013 bertamasya ke Tokyo Disneyland.

Agar praktis dan murah, kami memakai jasa tour travel JTB untuk membooking hotel dan tiket "2 day passport" (Disney Land dan Disney Sea). Untuk biaya 2 hari 1 malam di Mitsui Garden Hotel Prana Tokyo Bay sebesar 4.100 yen/orang, dan untuk tiket "2 day passport" Disney Land dan Disney Sea sebesar 10.700 yen/orang. Jadi untuk akomodasi dan tiket masuk 14.800 yen/orang. Itu belum termasuk biaya untuk beli oleh-oleh dan makan lho.

Semua wahana atau parade yang mau dinaiki atau dilihat, kami cek schedulenya dan kami catat dan rencanakan benar-benar supaya waktu selama di DisneyLand tidak terbuang percuma.

Kami berangkat dari Gifu pada pukul 01:47 pagi dini hari dengan mobil, saat itu salju turun dengan lebat. Karena saya tidak mempunyai SIM Jepang, maka selama perjalanan suami adik ipar saya yang menyetir mobil. Perjalanan jauh memang sekitar 500 km, kalau ditempuh dengan mobil tanpa istirahat memakan waktu sekitar 6 jam. Tapi kebiasaan orang Jepang, setiap 2 jam sekali atau bahkan kurang dari 2 jam menyetir, pasti istirahat di pemberhentian yang ada di jalan tol. Entah untuk sekedar meluruskan kaki, merokok, atau membeli minuman dan jajan di Convenience Store. Bagi saya sering berhenti itu agak menjengkelkan, karena kebiasaan saya di Indonesia, selama belum sampai tujuan saya nyetir tidak akan istirahat kecuali kalau lapar atau buang air besar/kecil. Saya pernah pulang balik Surabaya - Bali selama 12 jam tanpa istirahat di perjalanan, hanya istirahat waktu makan dan di kapal saja. Sering saya berpikir, apakah fisik orang Jepang itu lemah ya. Nyetir selama 6 jam saja, masa bolak-balik istirahat di pemberhentian. Tapi kata istri saya, untuk keselamatan diri dan mencegah kecelakaan akibat mengantuk, memang dianjurkan polisi paling tidak, selama 2 jam menyetir istirahat sekali bila menempuh perjalanan jauh.

Gunung Fuji yang pada musim dingin hampir seluruhnya ditutupi salju
Matahari terbit di perjalanan menuju Tokyo
Akhirnya kami tiba di Tokyo pada pukul 07:30 pagi, suasana Tokyo memang jauh berbeda dengan suasana Gifu yang pedesaan dan banyak dikelilingi pegunungan indah. Sebaliknya suasana Tokyo sangat modern dan banyak sekali gedung pencakar langit. Pada malam hari suasana Tokyo sangat indah, karena banyak sekali lampu merah yang berkelipan seperti bintang. Ketika saya tanyakan istri saya, apa sih kelipan lampu merah di atas itu. Kata istri saya, itu tanda gedung tinggi, supaya kalau ada pesawat atau helikopter lewat, tahu kalau ada gedung pencakar langit di sana. Wah, benar-benar "ndesooo" saya.

Selama perjalanan dari Tokyo ke Disney Resort kami melewati Tokyo Sky Tree dan Tokyo Tower. Tapi sayangnya kami tidak bisa mampir, karena jadwal 2 hari ke Tokyo hanya untuk ke Disney Resort saja. Tapi tahukah anda bahwa sebenarnya Tokyo Disney Resort (Disney Land dan Disney Sea) itu sebenarnya letaknya bukan di Tokyo, melainkan di Urayasu, propinsi Chiba. Entah mengapa, dinamakan Tokyo Disneyland, bukannya Chiba Disneyland saya juga kurang mengerti.

Tokyo Sky Tree 
Tokyo Tower
Akhirnya kami tiba di Tokyo DisneyLand pada pukul 08:01, dan biaya untuk parkir mobil sebesar 2000 yen. Antrian untuk masuk sangat panjang sekali, ditambah lagi karena musim dingin meskipun cuaca cerah tetap saja dingin sekali. Hal ini dikarenakan Disneyland itu terletak di pinggir laut, jadi banyak sekali angin laut. Saran saya bagi yang mau ke Disneyland kalau pergi ke sana, jangan waktu musim dingin deh. Tidak kuat dinginnya.

Antrian panjang masuk DisneyLand
Tiket masuk 2-Day Passport DisneyLand dan Disney Sea
Welcome to DisneyLand
Setelah melewati gerbang masuk, kami semua langsung berlari menuju ke tempat yang kami rencanakan yaitu naik wahana Winnie the Pooh (Pooh's Hunny Hunt). Capek juga larinya, awalnya saya heran. Ngapain sih pakai lari? Kenapa ga jalan santai saja? Namanya kan juga liburan. Tapi setelah tiba di wahana, baru saya mengerti. Ternyata antriannya panjang sekali. Wahana yang durasinya hanya 4,5 menit itu harus antri selama 70 menit. Jadi tidak mungkin deh, dalam 1 hari bisa lihat semua show, parade dan naik semua wahana yang ada di DisneyLand. Apalagi kalau bawa anak kecil, ya karena dalam rangka ulang tahun keponakan, yang penting keponakan senang. Karena waktu naik wahana tidak diperbolehkan memotret dan merekam video, bagaimana wahananya bisa dilihat disini.
Setelah keluar dari wahana Winnie the Pooh, kami bagi tugas. Adik ipar saya mengantri untuk bertemu Mickey Mouse sedangkan saya dan istri berlari untuk mengambil tiket Free Pass (Tiket khusus supaya tidak mengantri, yang disediakan terbatas dan hanya dapat digunakan pada jam yang tertera di tiket Free Pass) untuk wahana Roller Coaster Big Thunder Mountain, setelah kami lihat ternyata tiker Free Pass dapat digunakan pada jam 16:00-17:00.
Istana Cinderella
Rumah Mickey Mouse
Setelah kembali dari ambil tiket free pass, kami ke rumah Mickey Mouse untuk bertemu dan foto bareng Mickey. Tapi adik ipar saya tidak tahu berada dimana, jadi kami telepon selang tidak beberapa lama kemudian adik ipar saya keluar dari antrian (sementara suaminya tetap ngantri), dan menjemput kami, sehingga kami tidak perlu ngantri dari awal lagi. Seperti nitip antrian begitu. Hal ini boleh-boleh saja, jadi cara ini harus digunakan supaya waktu lebih efisien.
Tidak terasa jam telah menunjukkan pukul 13:00, padahal baru Winnie the Pooh dan Mickey Mouse saja. Karena pada jam 14:00 ada parade (karakter disney menari dan berjalan), kami mengeluarkan alas tikar di pinggir jalan pada jam 13:00 dan menunggu sampai jam 14:00. Kalau tidak begitu tidak bisa lihat parade karena tertutup dengan banyak kerumunan orang. Sambil menunggu kami membeli makan siang yang berupa pizza dan paha ayam, minumannya tentu saja yang hangat-hangat karena hawanya sangat dingin.
Orang-orang pada menunggu semua
Tepat pada pukul 14:00 parade pun dimulai.
Minnie Mouse
Cinderella
Peter Pan
Pinokio
dan masih banyak lagi
Setelah parade, jadwal kami adalah bertemu dan foto bareng dengan Mini Mouse yang tentu saja harus ngantri panjang dan lama. Ya begitulah DisneyLand, negeri impian dan dongeng banyak orang yang kalau masuk harus mengantri.
Waktu menunjukkan jam 15:44, setelah Minnie Mouse kami jajan dan minum teh hangat sebentar.  Karena istri saya dan suami adik ipar saya takut naik Jet Coaster, saya dan adik ipar saya saja yang menuju ke wahana Jet Coaster Big Thunder Mountain. Karena pakai tiket Free Pass, tidak perlu mengantri, maju terus sampai wahana. Enaknyaaaaaa... 
Big Thunder Mountain
lebih jelasnya disini dan disini
Tidak seberapa menakutkan ternyata, dibanding dengan Jet Coaster yang ada di Universal Studio Japan. Yang menakutkan hanya masuk terowongan, gelap dan tidak bisa lihat apa-apa dan suara rel yang berderak waktu naik saja.

Setelah itu kami berbelanja untuk oleh-oleh dan kemudian makan malam. Maunya sih makan nasi, tapi karena tidak ada yang jual nasi, terpaksa makan apa yang ada saja. Yaitu Mickey Hamburger. (seharian ga makan nasi ga enak rasanya)
Hamburger Mickey Mouse
Setelah cukup istirahat dan selesai makan malam, kami menunggu parade ke dua. Ya tentu saja, kembali mengeluarkan alas tikar, duduk dan menunggu di pinggir jalan yang pada malam hari sangat dingin sekali, ditambah lagi angin kencang.
Dan paradepun dimulai, parade yang kedua ini jalannya lebih pelan dari pada yang siang hari. Jadi lebih nyaman untuk mengambil foto, tetapi sangat tidak nyaman dalam kondisi malam berangin yang dingin sekali.
Minnie Mouse
Cinderella dengan gaun yang menyala 
Jinnya Alladin 
Toy Story
dan masih banyak lagi
Setelah selesai parade Ria chan dan papanya naik komedi putar pesawat ulang alik yang lumayan tinggi. Karena Ria chan senang sekali, dia naik komedi putar pesawat itu 2 kali. Sedangkan saya diajak, adik ipar saya naik Jet Coaster yang berbeda. Tapi karena angin malam begitu kuat dan saya tidak kuat dinginnya, saya menolak. Akhirnya saya berbelanja untuk oleh-oleh keluarga saya yang ada di Indonesia. 
Karena sudah malam, kami pun pergi ke Mitsui Garden Hotel Prana Tokyo Bay, hotel tempat kami menginap. Tidak disangka, kamarnya begitu besar dan tempat tidurnya ada 6, memang cocok dihuni untuk keluarga besar. Dan dengan biaya 4100 yen/orang bisa dibilang sangat murah. Akhirnya setelah kami masuk ofuro, kami tidur supaya bisa bangun pagi untuk melanjutkan ke Tokyo Disney Sea.
Oyasumi nasai Mickey




NB: Untuk foto-foto Tokyo Disneyland lebih lengkapnya bisa dikunjungi di album foto page FB KdJ.

Monday, February 18, 2013

Mata Uang Jepang


Seperti yang kita ketahui dari pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang kita terima pada waktu masih duduk di bangku SD, mata uang negara Jepang adalah Yen, simbol ¥  bisa juga JPY.

Dalam bahasa Jepang ditulis 円 (en), tetapi bila ditulis dalam romaji menjadi yen bukan en, karena di akhir jaman keshogunan Tokugawa, aksara katakana エ (e) dibaca sebagai "ye". Oleh sebab itu pada jaman tersebut, kota Edo ditulis sebagai "Yedo", dan Ebisu ditulis sebagai "Yebisu".

Aksara kanji yang digunakan 円 (en) ini mempunyai arti lingkaran.
Ada beberapa penjelasan mengenai penggunaan aksara ini, salah satunya adalah tradisi orang Jepang yang melambangkan uang dengan lingkaran yang dibentuk dari jari telunjuk dan ibu jari. Penjelasan lainnya mengatakan uang logam berbentuk bundar, sehingga aksara kanji untuk lingkaran digunakan untuk menyebut uang.

Pecahan terkecil yang dimiliki adalah 1 yen, dan pecahan terbesar adalah 10.000 yen (sekitar 1 juta rupiah). Pecahan terkecil yang dapat ditukarkan di Money Changer adalah pecahan 1000 yen dan berbahan kertas. Sedangkan pecahan yang lebih kecil berbentuk koin dianggap tidak lebih dari uang sen (recehan) yang umumnya tidak bisa ditukarkan.

Sedangkan di Jepang sendiri, nominal terkecil yang bisa dibuat belanja mungkin adalah koin 100 yen (sekitar Rp. 10 ribu). Dibawah harga itu nyaris tidak ada barang yang bisa dibeli (bukan berarti tidak ada sama sekali lho). Tetapi bukan berarti pecahan terkecil 1 yen itu tidak ada artinya sama sekali, karena harga barang tidak selalu genap. Biasanya ada pajak, service dan lain-lain. Misalnya harga permen 100 yen, plus pajak jadi 105 yen. Jadi di saat inilah pecahan kecil menjadi sangat penting. Kalau kita berbelanja di Jepang, kita akan selalu mendapatkan kembalian dalam jumlah yang lengkap sampai pecahan terkecil yaitu 1 yen. Jadi kembalian berupa permen dan sejenisnya itu tidak dikenal dalam budaya mereka. Transaksi sekecil apapun walau dibayar dengan pecahan besar, wajib dilayani. Pihak pedagang yang tidak bisa menyediakan kembalian uang kecil akan dianggap tidak serius dalam berbisnis, dan tidak sopan bila menolak uang pecahan besar apalagi menyuruh pembeli untuk menggunakan pecahan lain yang lebih kecil. Di Jepang pembeli adalah raja.

Pentingnya fungsi uang recehan ini akan sangat terasa, bila saat menggunakan kereta api, vending machine serta bus kota. Bus kota mungkin adalah yang terpenting atau bahkan bisa jadi berakibat fatal bila melupakannya. Walaupun di setiap bus selalu tersedia mesin penukaran uang, tapi pecahan tertinggi yang bisa diterima adalah 1000 yen, sedangkan sopir bus sama sekali tidak melayani tukar menukar uang selain lewat mesin yang telah disediakan.

Uang logam Yen tampak depan dan belakang
1000 yen
Tampak depan gambar Hideo Noguchi, seorang peneliti bakteriologis
Tampak belakang adalah gambar gunung Fuji
2000 yen (pecahan ini jarang ditemukan di transaksi sehari-hari)
Tampak depan gambar Shureimon Gate, pintu gerbang di Okinawa
Tampak belakang ilustrasi dari lukisan Genji Monogatari

5000 yen
Tampak depan gambar tokoh Ichiyo Higuchi, seorang novelist wanita
Tampak belakang gambar bunga Iris
10000 yen
Tampak depan gambar tokoh Yukichi Fukuzawa, seorang tokoh pendidikan
Tampak belakang gambar patung Byodoin Phonix yang terdapat di kuil Kyoto.

Uang Yen bagi tuna netra pun mudah dikenali 
Disebut dengan tanda blind code, dimiliki hampir semua mata uang dunia, khususnya untuk design baru, di rupiah pun juga ada. Karena uang yen hanya mempunyai 4 pecahan uang kertas saja, praktis membuatnya sangat mudah untuk diingat dan dikenali. Adapun tanda tersebut adalah berupa tanda garis untuk uang 1000 yen, tiga bulatan untuk 2000 yen, satu tanda bulat untuk 5000 yen dan garis siku-siku untuk 10.000 yen.
Sedangkan untuk uang logam lebih mudah lagi karena masing-masing memiliki ukuran, berat, warna dan juga bentuk yang berbeda.

Nilai mata uang yen hampir selalu stabil dan tidak mengalami perubahan yang berarti. Hal ini dapat dilihat dari harga tiket kereta yang selama 15 tahun terakhir tidak berubah sama sekali.



Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Yen
http://www.eonet.ne.jp/~limadaki/budaya/jepang/artikel/utama/uang-yen.html

Tuesday, February 12, 2013

Buang Sampah di Jepang

Buanglah sampah pada tempatnya
Saya terus terang mengalami "culture shock", ketika saya ingin membuang sampah di Jepang. Maklum di Indonesia tidak perlu repot , semua jenis sampah dapat dibuang di tempat sampah, dan nanti tukang sampah pasti akan mengambil dan membuangnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Hal ini sangat berbeda dengan di Jepang. Awalnya memang cukup membingungkan. Hal ini dikarenakan sampah yang dibuang itu harus dipilah-pilah dan dibuang di tempat sampah yang berbeda-beda.

Sampah di Jepang, secara umum dibagi menjadi empat jenis yaitu:
  1. Sampah yang bisa dibakar (combustible)
  2. Sampah yang tidak bisa dibakar (non combustible) 
  3. Sampah daur ulang (Recycle)
  4. Sampah ukuran besar
Sedangkan di tempat umum, umumnya ada 4 kategori tempat sampah yaitu: 
  1. Untuk sampah yang bisa dibakar (plastik, kertas dll), biasanya bertuliskan もえるゴミ (Moeru Gomi)
  2. Untuk kaleng yang terbuat dari alumunium (minuman coca-cola, sprite kaleng), biasanya bertuliskan カン (Kan)
  3. Untuk botol plastik (aqua botol dll) biasanya bertuliskan ペットボトル (Petto Botoru)
  4. Untuk botol kaca (bir dll) biasanya bertuliskan ガラス (Garasu)
Jenis tempat sampah
Moeru gomi, bin, kan dan petto botoru

Di apartement saya pun, saya menyediakan 4 tempat sampah dan plastik khusus sampah untuk moeru gomi, kan, petto botoru dan garasu. Setelah sampah dipisahkan dan dimasukkan ke dalam plastik sampah sesuai jenisnya, sampah diletakkan di luar rumah atau di pinggir jalan pada hari tertentu.

Selanjutnya petugas sampah akan datang mengumpulkan sampah. Ada jadwal hari-hari tertentu yang mengatur jenis sampah apa yang dapat dibuang, dan petugas akan mengambil sampah sesuai dengan jadwal dan jenis sampahnya. Kalau di tempat saya tinggal jadwal buang sampah untuk sampah moeru gomi ada 2 kali seminggu (Selasa dan Jumat), sedangkan untuk kan, petto botoru dan garasu hanya sekali seminggu (Rabu).

Petugas sampah hanya mengambil plastik sampah yang tepat jenisnya dan sesuai jadwalnya. Kalau salah jadwal, atau jenisnya sampah kita campur-campur (misalnya botol minum di sampah makanan), sampah tidak akan diangkat.

Satu hal lagi untuk sampah minyak goreng atau minyak jelantah, tidak boleh dibuang di saluran air. Hal tersebut dikhawatirkan mencemari air tanah. Oleh karena itu, di Jepang dijual bubuk yang berfungsi membekukan sisa minyak goreng tersebut. Bubuk itu ditaburi di atas minyak hingga minyak berubah menjadi gel. Setelah itu minyak jelantah yang sudah berbentuk gel dapat dibuang di tempat sampah moeru gomi. Cukup merepotkan bukan?

Di tempat saya tinggal sampah ditaruh di pinggir jalan di hari tertentu
dan diberi jala agar burung gagak tidak merusak plastik dan makan sampah
sampai sampah berceceran di jalan

Lha kalau buang koran, majalah, komik atau buku itu bisa dibuang di tempat sampah moeru gomi ya?

Jawabannya tidak bisa. Koran, majalah, komik dan buku dibuang di tempat pembuangan khusus. Waktu saya ingin membuang komik dan majalah saya harus pergi jauh naik mobil ke tempat pembuangan sampah khusus untuk buku, komik, majalah dan koran.

Bukan hanya itu saja, buang kipas angin rusak pun tidak bisa buang di depan rumah, karena petugas sampah tidak akan ambil. Saya pergi ke tempat khusus pembuangan sampah elektronik yang jaraknya lumayan jauh dari apartement, hanya untuk membuang kipas angin rusak saja. Di sana banyak sekali alat-alat elektronik seperti televisi, dvd player, AC, kipas angin yang dibuang karena rusak atau masih bisa digunakan tetapi karena modelnya ketinggalan jaman dibuang oleh pemiliknya.

Ditambah lagi kalau yang punya peliharaan anjing. Kalau anjing diajak keluar rumah untuk jalan-jalan kemudian buang kotoran (pub) di jalan, kotoran anjing itu harus kita bawa pulang dan buang di tempat sampah moeru gomi di rumah kita.

Sangat merepotkan dan sangat lebay memang, tetapi itulah yang membuat Jepang menjadi negara yang bersih dan indah.

Baca juga artikel Peraturan buang sampah di Jepang.



Saturday, February 9, 2013

Gyuudon

Gyuudon 牛丼
Kalau ditanya orang Jepang, makanan Jepang apa yang saya sukai? Pada awal saya datang ke Jepang jawaban saya Sukiyaki. Tetapi setelah makan gyuudon, jawaban saya berubah menjadi Gyuudon.

牛丼(gyuudon) yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia secara langsung berarti, gyuu (sapi) don (mangkok) kalau digabungkan menjadi mangkok sapi. Lucu juga bukan.

Pertama kali saya makan gyuudon bukan di restoran, bukan juga buatan istri. Melainkan beli gyuudon instant di supermarket berupa sachetan (seperti indomie), sehingga bisa dimakan sewaktu-waktu bila perut lapar. Hanya tinggal masukkan ke dalam microwave, setelah beberapa menit pun bisa langsung dilahap.

Setelah gyuudon instant habis, istri saya membuatkan gyuudon untuk saya. Yang ternyata sangat mudah sekali membuatnya. Dan tentu saja rasanya jauh lebih enak dari yang instant (kalau bilang tidak enak, tidak dibuatin lagi soalnya. hehehe..)

Saya akan membagikan resep gyuudon yang saya terima dari istri saya, kepada pembaca setia blog KdJ.


Resep Gyuudon

Bahan Gyuudon :
  • Daging sapi
  • Bawang bombay
  • Shouyu (kecap asin jepang), bisa dibeli di supermarket Papaya yang ada di Indonesia.
  • Gula
  • Merica
  • Air
  • Nasi
Cara membuat :
  • Potong daging sapi, menjadi lembaran besarnya sesuai selera
  • Bawang bombay dikupas dan dipotong membentuk irisan segi empat.
  • Panaskan wajan yang telah diisi minyak secukupnya, setelah panas masukkan bawang bombay dan tumis sampai warna berubah menjadi kecoklatan.
  • Setelah itu masukkan daging sapi dan tumis sampai berwarna kecoklatan.
  • Masukkan merica, souyu, dan gula secukupnya.
  • Masukkan sedikit air, setelah mendidih coba cicipi rasanya.
  • Bila ada yang kurang bisa masukkan gula, souyu atau merica sesuai selera.
  • Siapkan nasi, taruh nasi di mangkok, kemudian tuangkan Gyuudon di atas nasi.

Sebagai penyedap, diatasnya sering ditambahkan benishoga (asinan jahe), campuran rempah dan cabe yang disebut shichimi atau telur ayam mentah sesuai selera. Tidak pakai juga tidak apa-apa.

Silahkan menikmati dan semoga bermanfaat.

Entri Populer